[Review Buku] Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas

Akhirnya balik lagi baca buku ahahaha... Kesibukan dengan urusan kantor yang banyak printilannya, lalu sana sini ditambah sama punya anak usia cerewet. Kadang mau diem baca buku tuh susah banget, baru dapet dua paragraf dipanggil Hyde. Dapet lagi dua paragraf, diminta main games sama Hyde. Terus aja gitu jadi kadang2 nyelesaiin satu buku bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan ahahaha...

Lalu muncullah keinginan masuk Gramedia minggu lalu, sama si Hyde juga dong. Jadi dia lagi bagus moodnya selepas latihan drum sore itu. Aku ajak pulang naik angkot dan mampir Gramedia dengan alasan ngajak dia beli tas stick drum. Sebenernya Hyde juga cukup antusias dengan membaca cuma dia lebih sering nggak ngizinin mamanya terlena dalam bacaannya hahahaha...

Bagian novel dan sastra selalu jadi segmen pertama yang aku hampiri tiap ke toko buku. Dan tiba-tiba judul novel karya Eka Kurniawan ini menggelitik. Targetnya emang aku lagi nyari novel sastra yang tidak terlalu berat dan cukup liar untuk membuat aku tak berpaling dari buku itu.



Pilihan jatuh ke buku ini. Judulnya sungguh menggugah. Seperti sebuah aksi pemberontakan yang sangat menggebu-gebu. Sampai berkenalan lah aku dengan sosok utama di novel tersebut. Ajo Kawir Seorang pemuda pemberontak yang memang sulit dikendalikan. Seperti kenakalan remaja pada umumnya, Ajo Kawir dan sahabatnya Si Tokek mulai belajar dan mencari tahu tentang seks. Mereka mulai bermain-main sendiri dengan kemaluannya.

Hingga satu saat Si Tokek membawa Ajo Kawir berpetualang terlampau batas. Bukannya berakhir manis, hal tersebut malah memberikan petaka untuk Ajo Kawir. Burungnya tak lagi bisa berdiri. Bagi seorang pria tentu saja itu hal yang sangat penting. Kejantanan pria salah satunya diukur dari kelihaiannya di atas ranjang dan tentu saja performa alat kelaminnya. Katanya begitu.

Kemalangan Ajo Kawir membuat ia tak terlalu peduli dengan hidupnya. Bahkan ia mengorbankan cinta terbesar dalam hidupnya. Semua karena Ajo Kawir khawatir tak dapat membahagiakan pasangannya kelak.

Ajo Kawir bahkan tak peduli lagi dengan nyawanya. Di tengah patah hatinya, ia hanya bertekad untuk membunuh dan berkelahi untuk menyalurkan kekesalan. Ajo Kawir tak punya batas.

Eka Kurniawan menempatkan kemarahan dan bara remaja di porsi yang sangat tepat. Ketika Ajo Kawir beranjak dewasa, Eka meredam api di dirinya menjadi kesunyian yang justru semakin menambah penasaran. Pemilihan kata yang dituangkan Eka membuat aku seperti ikut hidup bersama Ajo Kawir. Berada di dunianya sebagai salah satu teman kampung juga sekolahnya yang terus mendengar cerita-cerita kehebatannya.

Ajo Kawir si pembunuh yang tidak bisa ngaceng. Ajo Kawir yang selalu berbicara kepada kemaluannya yang sedang tertidur panjang. Ajo Kawir yang selalu menanyakan pendapat kemaluannya sebelum melakukan berbagai hal.

"Kehidupan manusia hanyalah impian kemaluan kita. Manusia hanya menjalankan saja," begitu ucapnya ketika telah memilih jalan sunyi.

Buat aku, karakter Ajo Kawir yang berhasil diciptakan Eka sangatlah brilian. Liar, nggak berat dan semau gue. Benar-benar tanpa batas. Begitu juga dengan karakter orang-orang di sekitar Ajo Kawir. Sahabat lama yang sangat setia, kekasih idaman, orang tua yang tak pernah diceritakan, kerabat yang dianggap sebagai orang tua sendiri hingga sosok "penyelamat".

Ajo Kawir tak terlalu terbebani dengan kehidupan keluarga (orang tua). Hidupnya ada di seputar kemaluannya. Tapi justru yang paling brilian adalah buku ini tidak kemudian menjadi novel stensil. Tidak porno sama sekali. Semua adegan seks dan kehidupan di sekitar selangkangan disuguhkan sesuai dengan kebutuhan cerita. Ajo Kawir menjadi sosok yang tak bisa dikendalikan, brutal tapi juga manis dan romantis di waktu bersamaan.

Aku suka secara keseluruhan!!! Dan sepertinya harus mencari buku-buku sebelumnya karya Eka Kurniawan.


  • Judul Buku: Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas
  • Penulis : Eka Kurniawan
  • Genre : Fiksi
  • Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
  • Cetakan pertama : Mei 2014
  • Bahasa : Indonesia
  • Halaman : 252 halaman
  • Sinopsis : Di puncak rezim yang penuh kekerasan, kisah ini bermula dari satu peristiwa: dua orang polisi memerkosa seorang perempuan gila, dan dua bocah melihatnya melalui lubang di jendela. Dan seekor burung memutuskan untuk tidur panjang. Di tengah kehidupan yang keras dan brutal, si burung tidur merupakan alegori tentang kehidupan yang tenang dan damai, meskipun semua orang berusaha membangunkannya.

Comments

Popular posts from this blog

Ngobrol Bareng Doni Saputro Eks Vokalis Seventeen

Lagu Armada untuk Seventeen, Ifan Tolak Nyanyikan Beberapa Liriknya

Jagostu... Jagostu... Jagostu...